Minggu, 29 April 2018

Tips Agar Lari Lebih Cepat dan Tak Mudah Capek



Pelari maraton profesional Stephanie Rothstein-Bruce, dilansir dari Daily Burn mengatakan “untuk berlari lebih efisien dan sebisa mungkin mengerahkan hanya sedikit energi yang Anda bisa.”

Anda merasa tak bisa menggerakkan kaki sehabis lari barang 3 kilometer saja ? Membuat Anda semakin tak habis pikir bagaimana bisa seseorang berlari begitu santainya sambil tetap tersenyum lebar.

Banyak juga dari kita yang menyadari bahwa perubahan membutuhkan waktu. Memang, Anda tidak bisa langsung menjadi pelari tercepat sejagad raya dalam waktu lima menit, tapi Anda bisa meningkatkan kecepatan lari Anda, saat ini juga.

Postur Berlari Yang Tepat
  • Hadapkan Jari Kaki Anda Ke Langit Saat Sedang Sprint
Pada umumnya orang berlari dengan menempatkan telapak kaki rata dengan tanah sehingga jari-jari kaki menunjuk ke depan terlalu lama. Dengan menjaga jari-jari kaki lurus menunjuk ke depan sebenarnya justru membatasi langkah Anda, karena Anda membutuhkan waktu lebih lama untuk mengayuh melalui gerakan, dan kaki Anda terasa lebih berat. Lalu mendaratlah dengan bagian kaki depan dengan tamparan cepat tapi lembut. Perpindahan ini memaksa pinggul dan panggul untuk mendorong tubuh Anda lebih efisien tanpa harus membuang energi sebanyak jika Anda mendarat dengan lambat dan keras.
  • Ayunkan Tangan Sekuat Mungkin
Cara berlari seperti memfokuskan pengerahan tenaga pada lengan Anda, yang justru memaksa pinggul Anda untuk melawan gerakan lari Anda bukannya melontarkan Anda bergerak maju. Jika Anda melakukannya dengan benar, ayunan tangan dapat sungguh-sungguh memberikan dorongan kecepatan. Kepalkan tangan dengan posisi ibu jari di dalam kepalan untuk menegangkan otot lengan atas dan tahapan yang paling penting dalam dorongan ayunan tangan adalah seberapa keras Anda mengayunkan tangan ke belakang. 
  • Pergerakan Kaki Seperti Jarum Jam
Jaga agar tubuh tetap lurus dan pinggang tidak tertekuk, agar semua bagian tetap sejalan. Dalam posisi ini, Anda akan menghindari menggelung bahu ke dalam tubuh dan semakin membungkuk, yang membuat Anda jauh lebih sulit untuk bernapas dengan benar dan menempatkan tekanan ekstra pada leher. Anda juga akan berlari lebih mudah dan tidak cepat lelah karena Anda memiliki bantuan gravitasi. Bayangkan meniti siklus 12 jam pada jam dinding dengan gerakan kayuhan sepeda. Di situlah jam ini akan dalam kaitannya dengan tubuh Anda 

Ketika Anda lari, angkat kaki Anda ke atas posisi searah pukul 12, dorong ke bawah searah pukul 3, mendarat ke tanah langsung di bawah tubuh Anda searah pukul 6, kemudian ayunkan kaki ke belakang mengarah jam 9 di belakang tubuh Anda. Tapi, jangan biarkan ayunan kaki ke belakang Anda jadi loyo. Tendang ke atas setinggi mungkin hingga ke bokong, layaknya piston
  • Ganti Kecepatan Lari Anda
Untuk melatih lari Anda, mulai berlari dengan langkah santai dan ringan, tidak terlalu cepat. Tingkatkan kecepatan lari Anda secara bertahap hingga ke tingkat yang Anda inginkan. Jika Anda memulai terlalu cepat, Anda berisiko kehabisan gas di awal perjalanan Anda, dan kaki terasa lebih nyeri setelahnya. Pelari pro menyarankan mencampur kecepatan lari Anda dengan lari lambat (bukan jogging), lari bertempo, dan lari cepat di trek pilihan Anda setidaknya sekali seminggu. Hal ini bertujuan untuk melatih ketahanan jantung, paru, dan otot secara bersamaan demi menjadi seorang pelari cepat yang lebih efisien.
  • Atur Pernafasan
Selaraskan langkah kaki dengan napas Anda, bukan sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan Anda untuk berlari lebih cepat dan efisien, sekaligus menjadi pemandu yang akan memberi tahu Anda jika Anda berlari terlalu keras atau tidak cukup keras. Setiap orang dapat menemukan ritme napas mereka sendiri, tapi sebagai contoh, gunakan teknik napas per dua urutan: dua langkah kaki dalam satu tarikan napas, dua langkah kaki untuk satu hembusan napas.

Tips Sebelum Melakukan Olahraga Lari
Minum setidaknya setengah liter air satu setengah jam sebelum Anda mulai berlari untuk mencegah dehidrasi. Bawa botol minum bersama Anda saat lari untuk tetap menjaga asupan cairan tubuh optimal demi mencegah kram kaki, terutama dalam cuaca panas.

Terimakasih telah membaca artikel ini, semoga apa yang Anda harapkan segera terwujud. Selamat Mencoba..

Jangan Lakukan Ini Jika Anda Telah Melakukan Olahraga High Impact



Duduk memang bisa mengusir lelah dan mengembalikan detak jantung supaya normal dan teratur. Namun menurut Dennis Cardone, pimpinan kedokteran olahraga di NYU Langine Orthopaedics, Anda tidak boleh langsung duduk setelah olahraga high impact seperti lari karena tubuh baru saja memompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh, termasuk bagian otot yang terpakai.

Olahraga high impact cenderung lebih melelahkan karena membutuhkan energi yang sangat besar dan karena itu membakar lebih banyak kalori. Olahraga satu ini bahkan bisa memperkuat otot dan tulang lebih baik dibanding olahraga lain yang berdampak lebih ringan pada tubuh (low impact exercise).

Namun banyak orang yang melarang langsung duduk setelah olahraga berat, terutama lari. Apa alasannya ?
Anda juga tidak disarankan untuk langsung duduk setelah olahraga lompat tali, jumping jacks, dan squat jumps. Ketiga olahraga di atas sama-sama termasuk olahraga high impact yang menyalurkan aliran darah beroksigen dalam jumlah banyak ke seluruh tubuh.

Langsung duduk setelah lari justru akan membuat darah menumpuk di bagian bawah tubuh sehingga memperlambat aliran darah kembali ke jantung dan otak. Kondisi ini bisa memicu tekanan darah merosot sangat rendah yang menyebabkan sensasi pusing berputar yang hebat, bahkan hingga pingsan. Efek lainnya yang mungkin terjadi setelah Anda langsung duduk setelah lari adalah otot-otot kaku terasa kaku dan dan terasa seperti ditarik. Tak jarang kondisi ini bisa menimbulkan rasa nyeri.

Tips Aman Setelah Olahraga High Impact
Salah satu cara pendinginan yang paling disarankan adalah berjalan kaki santai. Lakukan selama 10 hingga 20 menit sebelum Anda memutuskan benar-benar berhenti untuk rebahan atau duduk.

Dengan berjalan kaki, tubuh masih tetap memompa darah melalui otot-otot yang terpakai sekaligus membersihkan semua sisa metabolisme yang berlebihan saat Anda berolahraga. Sisa metabolisme tubuh yang berlebih saat olahraga itulah yang sering membuat Anda mengalami pegal-pegal setelah berolahraga. Ketika tubuh tetap bergerak pun, jantung akan pelan-pelan menurunkan tekanan darah hingga dapat kembali normal.

Terimakasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat..